Tentu istilah “pengangguran” bukan hal asing lagi di telinga. Padanan kata ini adalah Tuna Karya yang merujuk pada seseorang yang tidak memiliki pekerjaan sebagai penghidupan atau sedang dalam masa mencari pekerjaan yang layak.
Pengangguran
bukan persoalan personal melainkan permasalahan bangsa. Jumlah pengagguran
merupakan indikasi sederhana untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu negara.
Jika pengagguran tinggi maka konsumsi akan rendah dan ini jelas buruk. Meski
kasus pengangguran muda kian marak di berbagai negara dan telah menjadi bom
waktu yang siap meledak kapan saja, tapi hanya sedikit pemerintah yang
berambisi menyelesaikan masalah tersebut dengan menyediakan lowongan
kerja.
Mengutip laman CNBC, Rabu
(17/9/2014), Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengungkapkan pengangguran
muda yang berusia 16 hingga 24 tahun kini telah berjumlah lebih dari 73 juta
jiwa. Bahkan ILO menyebut para pemuda masa kini termasuk ke dalam generasi
berisiko mengenai ketersediaan tenaga kerja.
Dengan
pelemahan ekonomi di banyak negara, pengangguran muda terus meningkat di
sebagian besar wilayah di dunia. Saat ini China mungkin merupakan satu-satunya
negara besar di dunia yang bisa menekan angka pengangguran bagi para pemuda.
Berdasarkan
sejumlah laporan resmi pada tahun 2010, angka pengangguran berusia muda di China
hanya berjumlah 4,1 %. Angka tersebut lebih rendah dari Jerman yang tingkat
penganggurannya hanya di level 9 %.
Sejauh
ini tingkat pengangguran berusia 21 dan 25 tahun bahkan didominasi lulusan
perguruan tinggi dengan jumlah 16,4 %. Sementara itu, sebanyak 8,2 %
pengangguran berusia muda tersebut merupakan lulusan dari sekolah menengah atas
sederajat.
Hasil
pengamatan tersebut tentu tidak mengejutkan tapi tetap saja sangat mengkhawatirkan.
Terlebih lagi, pilihan menggunakan robot dan mesin untuk mengganti tenaga kerja
manusia juga telah menjadi pilihan yang sangat menarik bagi sejumlah
perusahaan. (Sumber : liputan6.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar